Makalah Mikrobiologi
Pengendalian
Mikroorganisme II
Oleh
Kelompok
11
Kukuh Prawati
Nisa Ayunda Rahmi M.
Resti Luthfia
Pendidikan
Biologi R 2012
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Negeri Padang
2014
I
Pendahuluan
A.
LATAR
BELAKANG
Mikroorganisme
terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat hampir
dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling
luas dan terdapat paling banyak di planet ini. Sesungguhnya telah dihitung
bahwa massa mikroorganisme di bumi melebihi massa organisme lain. Didalam
setiap gram tanah subur terdapat berjuta-juta mikroorgansime (Pelczar, 2005).
Peran
mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting. Teknologi mikrobiologis telah
memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan energi, pangan,
obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme. Namun mikroorganisme
dapat menyebabkan permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi
manusia, hewan, serta tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu,
aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat tidak
dapat di konsumsi bahkan beracun. Karena itu perlu adanya suatu usaha
mengendalikan mikroba. Pada makalah ini dijelaskan salah satu bentuk
pengendalian mikroba secara kimia. Selanjutnya kemoterapi anti mikroba dan
mekanisme kerja agen anti mikroba.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
mekanisme kerja pengendalian mikroba secara kimia !
2. Bagaimana
bentuk kemoterapi anti mikroba?
3. Bagaimana
mekanisme kerja agen anti mikroba?
C.
TUJUAN
MAKALAH
1. Menjelaskan
mekanisme kerja pengendalian mikroba secara kimia
2. Menjelaskan
kemoterapi anti mikroba
3. Menjelaskan
ekanisme kerja agen anti mikroba.
II
Pembahasan
PENGENDALIAN MIKROORGANISME II
A.
Pengendalian Secara Kimia
Kontrol terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau
menghambat pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara
:
1. Fisik
2.
Kimia
3. Biologi
Secara
kimia, menggunakan senyawa kimia untuk
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme , contoh :
HgCl
(0,1%), menyebabkan koagulasi protein
NaOCl
Cl2
+ H2 O HCl + HOCl (asam
hipoklorit, menyebabkan klorinasi protein sel)
HOCl
HCl+ + O n (daya
oksidasi kuat)
Senyawa
kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme, dapat dibedakan
memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan kemoterapetik/antibiotic. Antiseptik
: substansi kimia yang digunakan pada jaringan hidup yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisma. Desinfektan:substansi kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup. Bahan
kemoterapetik :substansi kimia yang dapat merusak/menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam jaringan hidup, dihasilkan oleh mikroorganisme.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan kimia sebagai senyawa
antimikroba adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki kemampuan untuk mematikan mikroorganisme dalam konsentrasi rendah pada
spectrum luas, sehingga dapat membunuh berbagai mikroorganisme.
2.
Bisa larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan secara
efektif.
3.
Memiliki stabilitas tinggi, jika dibiarkan dalam waktu relatif lama tidak
kehilangan sifat antimikrobanya.
4.
Bersifat letal bagi mikroorganisme, tetapi aman bagi manusia maupun hewan.
5.
Bersifat homogen, sehingga komposisi selalu sama untuk setiap aplikasi dosis
takaran.
6.
Senyawa tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang pantas.
7.
Sifat bahan harus serasi.
8.
Dapat menentukan tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.
9.
Aman terhadap lingkungan.
B. Mekanisme
Kerja Agen Anti Mikroba
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba,
khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang
dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok
parasit.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik
dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya
sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotic.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan
oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi
penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941
oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik
diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas
selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi
tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat
relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi
tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika
yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a.
Mempunyai
kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad
spectrum antibiotic)
b.
Tidak
menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
c.
Tidak
menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi
alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
d.
Tidak
mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau
flora kulit.
Mekanisme kerja agen
anti mikroba :
1.
Mengganggu metabolisme
sel mikroba
2.
Mengganggu permeabilitas
membran sel mikroba
Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran
plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih
permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar.
Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol
(mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain)
3.
Menghambat sintesis
dinding sel
Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding
menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma
dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok penisilin
dan sefalosporin.
4.
Menghambat sintesis
protein sel mikroba
5.
Menghambat sintesis atau
merusak asam nukleat sel mikroba
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerja antimikroba adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi
bahan, setiap mikroorganisme memerlukan konsentrasi yang berbeda untuk senyawa
antimikroba yang sama dalam menghambat atau membunuh.
2. Waktu,
setiap mikroorganisme memerlukan waktu yang berbeda-beda ketika dipaparkan
terhadap suatu senyawa antimikroba untuk dapat menghambatatau mematikan.
3. pH.
Konsentrasi ion hydrogen mempengaruhi peranan bakterisida dengan cara
mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam bakterisida tersebut.
4. Temperatur.
Pembunuhan bakteri oleh bahan kimia akan meningkat dengan suatu peningkatan
temperature.
5. Sifat
organisme. Kemampuan suatu bahan tertentu bergantung pada komponen organisme
yang diuji dengan bahan tersebut.
6. Usia
mikroorganisme. Tingkat kerentanan mikroorganisme sangat ditentukan oleh umur
biakan mikroorganisme.
7. Bahan
ekstra. Adanya bahan organic seperti serum, darah atau nanah mempengaruhi
aktivitas beberapa senyawa antimikroba.
III
Penutup
Kesimpulan
Mikroorganisme memegang peran
penting dalam kehidupan. Namun mikroorganisme dapat menyebabkan permasalahan,
hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman yang
menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu, aktifitas negatif menimbulkan rusaknya
bahan makanan hingga berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun. Karena
itu perlu adanya suatu usaha mengendalikan mikroba.
Kontrol terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membunuh mikroorganisme, atau
menghambat pertumbuhannya. salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
pengendalian secara kimia.
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba
terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.
Mekanisme kerja agen anti mikroba dengan mengganggu
metabolisme sel mikroba, mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, menggangu
sintesi dinding sel, menghambat sintesis protein sel mikroba, menghambat
sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar
Mikroorganisme. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar